8 Cara Menentukan Harga Jual Produk yang Pas dan Untung

8 Cara Menentukan Harga Jual Produk yang Pas dan Untung

Pada saat memulai bisnis, menentukan harga produk adalah salah satu tugas yang paling penting. Harga produk akan menjadi salah satu faktor yang sangat penting dalam menarik pelanggan, menghasilkan laba, dan memastikan kelangsungan bisnis Anda.

Ada banyak faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan harga produk, termasuk biaya produksi, permintaan pasar, persaingan, dan keuntungan yang diinginkan. Artikel ini akan memberikan Anda beberapa cara untuk menentukan harga produk Anda dengan tepat, termasuk rumus dan contohnya.

8 Cara Menentukan Harga Jual Produk

Berikut cara-cara yang bisa Anda terapkan dalam menentukan harga jual produk agar pas dan untung. Yuk simak penjelasannya!

1. Cost-based Pricing

Cost-based pricing adalah metode penetapan harga yang didasarkan pada biaya produksi atau biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut. Metode ini sangat cocok digunakan oleh perusahaan yang masih baru dan belum memiliki banyak informasi mengenai pasar dan pesaing.

Cost-based pricing dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

a. Full Cost Pricing

Full cost pricing adalah metode penetapan harga yang memperhitungkan seluruh biaya produksi, termasuk biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel adalah biaya yang berubah sesuai dengan jumlah produksi, sedangkan biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah meskipun jumlah produksi berubah.

b. Marginal Cost Pricing

Marginal cost pricing adalah metode penetapan harga yang memperhitungkan biaya variabel saja. Biaya tetap tidak diikutsertakan dalam perhitungan harga produk.

Langkah-langkah Menerapkan Cost-based Pricing

Berikut ini adalah langkah-langkah menerapkan cost-based pricing:

a. Menghitung biaya produksi

Langkah pertama adalah menghitung biaya produksi, termasuk biaya bahan baku, tenaga kerja, overhead pabrik, dan biaya lain yang terkait dengan produksi.

b. Menentukan markup

Setelah mengetahui biaya produksi, perusahaan harus menentukan markup atau keuntungan yang ingin diperoleh. Markup ini bisa ditentukan berdasarkan persentase tertentu dari biaya produksi atau berdasarkan harga jual pesaing.

c. Menentukan harga jual

Setelah menentukan markup, perusahaan dapat menentukan harga jual produk dengan menambahkan markup ke biaya produksi.

2. Market Pricing

Market pricing atau penetapan harga pasar adalah strategi penetapan harga yang didasarkan pada harga produk atau layanan yang serupa yang ditawarkan di pasar. Dalam strategi ini, bisnis menetapkan harga yang sama atau sekitar harga produk atau layanan serupa di pasar.

Contoh Market Pricing : 

Contoh market pricing dapat dilihat pada produk konsumen yang banyak dijual di pasar. Misalnya, harga susu sapi segar yang dijual di pasar akan sekitar harga yang sama dengan susu sapi segar di toko-toko lain di sekitar pasar. Hal yang sama berlaku untuk bahan makanan seperti sayuran dan buah-buahan. Di pasar, harga yang ditetapkan oleh penjual biasanya sekitar harga yang sama dengan penjual lain di pasar.

Baca juga : 5 Cara Menentukan Harga Jual Parcel Lebaran Agar Tidak Rugi

3. Customer Based Pricing

Customer-based pricing adalah strategi penetapan harga di mana harga produk atau layanan ditentukan berdasarkan nilai yang diberikan kepada pelanggan. Dalam strategi ini, harga produk atau layanan dapat lebih tinggi atau lebih rendah daripada biaya produksi, tergantung pada nilai yang diberikan kepada pelanggan.

Contoh Strategi Customer-Based Pricing

Berikut adalah beberapa contoh strategi customer-based pricing:

1. Produk Bersaing di Pasar
Jika produk Anda bersaing dengan produk lain di pasar, Anda mungkin perlu menetapkan harga yang kompetitif untuk menarik pelanggan.

2. Penetapan Harga Berdasarkan Kepercayaan Pelanggan
Jika Anda memiliki pelanggan yang sangat percaya pada produk atau layanan Anda, Anda mungkin dapat menetapkan harga yang lebih tinggi untuk produk atau layanan tersebut.

3. Penetapan Harga Berdasarkan Keunikan Produk
Jika produk atau layanan Anda sangat unik dan tidak memiliki pesaing langsung di pasar, Anda mungkin dapat menetapkan harga yang lebih tinggi untuk produk atau layanan tersebut.

4. Margin Pricing

Margin pricing adalah metode penetapan harga yang didasarkan pada margin keuntungan yang diinginkan oleh bisnis. Margin keuntungan ini biasanya ditetapkan sebagai persentase dari biaya produksi atau harga jual. Dalam margin pricing, bisnis menentukan harga jual produk atau layanan dengan menambahkan margin keuntungan tertentu ke biaya produksi atau harga beli dari produk.

Contoh Margin Pricing Contoh margin pricing dapat dilihat pada bisnis retail yang menjual produk-produk dengan margin keuntungan tertentu. Misalnya, bisnis retail mungkin menetapkan margin keuntungan sebesar 50% untuk produk-produk elektronik. Jika biaya produksi sebuah TV sebesar $500, maka bisnis retail akan menetapkan harga jual sebesar $750 ($500 + 50% x $500).

Baca juga : Tips Mendapatkan Bahan Baku Murah

5. Break Even Pricing

Breakeven pricing adalah metode penetapan harga yang didasarkan pada titik impas (breakeven point) atau titik di mana pendapatan dari penjualan sama dengan biaya produksi. Dalam breakeven pricing, bisnis menentukan harga jual produk atau layanan dengan tujuan untuk mencapai titik impas atau minimal mencapai laba nol.

Contoh breakeven pricing dapat dilihat pada bisnis yang menjual produk atau layanan dengan biaya tetap dan biaya variabel. Misalnya, sebuah bisnis yang menjual baju dengan biaya tetap sebesar Rp1,000,000 per bulan dan biaya variabel sebesar Rp5,000 per baju. Jika bisnis tersebut menargetkan untuk menjual 200 baju per bulan, maka titik impasnya adalah Rp15,000 per baju: Titik Impas = Rp1,000,000 / (200 x Rp5,000) = Rp15,000 Jika bisnis tersebut menetapkan harga jual sebesar Rp20,000 per baju, maka bisnis tersebut akan mencapai laba kotor sebesar Rp4,000,000 per bulan.

6. Keystone Pricing

Keystone pricing adalah salah satu metode penetapan harga yang melibatkan menetapkan harga jual dengan menambahkan markup sebesar dua kali dari biaya produk. Dengan kata lain, harga yang ditetapkan adalah dua kali lipat dari biaya produksi.

Contohnya, jika biaya produksi suatu produk adalah Rp50,000, maka dengan keystone pricing, harga yang ditetapkan akan menjadi Rp100,000. Keuntungan yang dihasilkan dalam kasus ini adalah Rp50,000 atau 50% dari harga jual.

Metode penetapan harga ini sering digunakan di industri ritel, terutama untuk produk-produk konsumen. Keuntungan dari keystone pricing adalah bahwa metode ini mudah digunakan dan menghasilkan keuntungan yang cukup besar. Namun, kelemahannya adalah bahwa metode ini mungkin tidak selalu relevan untuk setiap jenis produk dan pasar yang berbeda.

7. Manufacturer Suggested Retail Price

Manufacturer Suggested Retail Price (MSRP) adalah harga yang disarankan oleh produsen sebagai harga jual yang seharusnya pada saat produk dijual ke konsumen akhir.

MSRP umumnya berfungsi sebagai panduan bagi pengecer dalam menetapkan harga jual produk. Dalam banyak kasus, pengecer dapat menjual produk dengan harga yang lebih rendah atau lebih tinggi daripada MSRP. Namun, jika pengecer menjual produk di bawah MSRP, produsen dapat mempertimbangkan untuk menarik hak distribusi mereka dari pengecer tersebut.

MSRP sering digunakan dalam industri otomotif dan elektronik, di mana harga yang ditetapkan oleh produsen dapat memberikan panduan bagi pengecer dalam menetapkan harga jual produk. Meskipun demikian, MSRP tidak selalu mempertimbangkan faktor-faktor seperti permintaan pasar, biaya produksi, dan persaingan di pasar. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan faktor-faktor ini sebelum menetapkan harga jual produk.

Baca juga : Cara Mencari HPP untuk Bisnis Anda, Lengkap Beserta Contohnya!

8. Value Based Pricing

Perbedaan utama antara Value Based Pricing dan Cost Based Pricing adalah bahwa penetapan harga didasarkan pada nilai yang dihasilkan oleh produk atau layanan yang diberikan kepada pelanggan, bukan hanya biaya produksi. Jika Anda mengadopsi strategi penetapan harga ini, Anda akan mempertimbangkan apa yang disebut “Willingness To Pay” dari pelanggan dan menetapkan harga yang sesuai dengan nilai yang diberikan oleh produk atau layanan Anda.

Value Based Pricing memiliki beberapa manfaat yang signifikan. Pertama, ia dapat membantu Anda meningkatkan keuntungan bisnis Anda dengan mengoptimalkan nilai produk atau layanan Anda. Kedua, ia dapat membantu Anda memperoleh pelanggan yang lebih baik dan mengembangkan hubungan yang lebih baik dengan mereka.

Langkah pertama dalam mengadopsi Value Based Pricing adalah mengukur nilai dari produk atau layanan Anda. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tersebut, seperti kualitas, kinerja, dan merek. Anda juga dapat meningkatkan nilai produk atau layanan Anda dengan menambahkan fitur-fitur baru atau meningkatkan kualitas produk atau layanan.

Langkah kedua adalah menentukan harga yang menguntungkan berdasarkan nilai produk atau layanan Anda. Untuk melakukan ini, Anda perlu mempertimbangkan berbagai faktor seperti keunikan produk atau layanan Anda, tingkat persaingan di pasar, dan permintaan pasar. Langkah ketiga adalah membuat penawaran yang mengundang dan menarik perhatian pelanggan. Penawaran yang menarik adalah penawaran yang memberikan nilai tambah kepada pelanggan. Misalnya, Anda dapat menawarkan layanan pelanggan yang lebih baik atau memberikan bonus tambahan kepada pelanggan yang membeli produk atau layanan Anda.

Cara Mana Yang Akan Anda Terapkan?

Itulah beberapa pilihan panduan lengkap tentang cara menentukan harga produk yang tepat untuk bisnis Anda. Ingatlah untuk melakukan analisis dan evaluasi secara berkala untuk menentukan harga yang optimal dan fleksibel, serta mempertimbangkan kualitas produk dan strategi penjualan.

Semoga artikel ini bermanfaat untuk Anda yang ingin meningkatkan kesuksesan bisnis. Baca juga artikel lainnya seputar bisnis UKM di UKM Sumut.